Kamis, 19 Juni 2008

Alone Princess - Part 2

Hari demi hari berlalu di Kerajaan Ferkinzia. Falone terus mencoba menjalani hidupnya. Kini di dalam kerajaan terbagi dua kubu. Kubu sang Raja dan Ratu. Kakak Falone yang tertua tidak memilih siapapun dan memilih untuk meninggalkan Kerajaan Ferkinzia. Sedangkan adiknya yang termuda beranggapan untuk menikmati apa yang ada sebelum semuanya terlambat. Ia berpesta pora setiap hari dan menghamburkan harta orang tuanya. Sedangkan Falone sendiri terus menerus menjadi penengah dalam pertengkaran orang tuanya. Ia tak bisa menentukan akan memihak ayahnya atau ibunya.

Setiap hari Falone harus mengerjakan semua tugas di dalam istana. Karena semua pengurus istana mengundurkan diri saat dimulainya perang antara Raja dan Ratu. Falone terus mencoba untuk menikmati hidupnya. Tapi ia tidak mampu melakukannya.

Berbicara memang lebih mudah daripada menjalankannya di dalam kenyataan. Bagaimanapun ia mencoba, pada akhirnya ia selalu ingin mengeluh. Hidup bagai penjara baginya. Kemanapun ia mencoba berlari, semuanya tidak berubah. Tetap hitam dan kelam, bahkan semakin gelap. Mungkinkah siang takkan pernah ada lagi? Mungkinkah kebahagiaan takkan terjadi lagi? Atau mungkin...penderitaannya memang tak akan berakhir.


Aku bukanlah Faloney. Aku bahkan bukan seorang putri. Mungkin terlalu kejam takdir yang kuberikan baginya. Tapi... aku ingin ada yang merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan. Hal yang bodoh untuk dilakukan dengan menimpakannya pada sebuah cerita. Tapi itulah yang terjadi. Dalam hidup, kita selalu dihadapkan dengan pilihan. A atau B. Kesalahan untuk memilih adalah kesalahan yang fatal, maka itulah tujuan pilihan C. Pilihan kita sendiri. Aku bisa saja berkata seperti itu. Toh memang berbicara lebih mudah daripada melakukannya.

-Kenapa dunia orang dewasa sangat sulit untuk dimengerti? Yah, aku hanyalah anak-anak. Anak yang tidak berguna, dan tidak berdaya-

~Faloney~

Tidak ada komentar: