Falone mengambil sepotong roti diam-diam dan berlari ke ujung kota. Tempat tinggalnya. Di bawah jembatan itu ia mendengar suara pasukan berkuda mencari pencuri makanan. Mencarinya. Falone membuka semak-semak tepat dibawah jembatan. Ia menemukan lubang besar yang cukup untuk tempat bernaung baginya dan tidak mungkin diketahui orang.
Apalah arti hidup saat kau hanya hidup hari demi hari. apalah arti hidup saat semua orang mengucilkanmu?
Falone tidak lagi menangis. ia sudah lama membiarkan air matanya kering.Ya, biarlah angin saja yang menghiburku. biarlah dedaunan menghapus air mataku dan biarlah keberanianku datang dan membawaku pergi.
Berhentilah berangan-angan. Hiduplah di dalamnya.