Minggu, 04 September 2011

Alone Princess- Part 4

Semuanya sudah berakhir bagiku. Biarlah apa adanya dijalani. Apalah artinya sebuah belas kasihan. TIDAK! Biarlah aku hanya akan berjalan dengan kakiku sendiri. Di atas angin lalu, hawa dingin. Kau bawa saja itu harapan kosong. Tidak akan lagi ada harapan. Harapan itu sejak awal hanya omong kosong. Apalah artinya Ferkinzia sekarang? Apalah artinya seorang pangeran berkuda putih jika ia hanya sebuah omong kosong? Baik kalau ini yang mereka mau. Biarlah aku menikmati sisa-sisa hidupku. Menikmati hampa, sisa-sisa harapan kosong. Memang tidak pernah ada suatu kesenangan dalam hidup. Mungkin dalam hidup orang lain. Tapi tidak di hidupku.
Adilkah ini? Perlukah aku terus berharap? Berharap pada apa?

Berharap agar dapat dipertemukan dengan pangeran berkuda?

Oh sudahlah....tidak ada hal-hal seperti itu.

Berhentilah berharap!

Berhentilah berharap dan segera berlari dengan kakimu! Jangan menggantungkan harapan kosong. Jangan percayai semuanya. Akankah malam menjadi pagi? TIDAK! Kejarlah pagi itu sendiri. Jangan menunggu lagi.


Apakah harapan itu perlu? Apakah memang hanya ada harapan kosong? Falone orang yang tegar. Ia seorang yang kuat. Tetapi kekuatannya juga menjadi sebuah kesombongan. Pagi akan tiba. Mungkin aku berkata seperti itu hanya karena kenaifanku. Tapi apalah arti kenaifan sedikit dengan sedikit harapan? Aku juga menginginkan ia bahagia. Tapi apalah artiku, apakah arti seorang pengarang tanpa sedikit kenaifan dan konflik? Konflik yang harus kita hadapi. Kita berbicara kita bisa. Hanya sebatas naif? Kejarlah dengan kaki mu. Janganlah menunggu dengan kenaifanmu. Bukan, bukan kenaifan bukan? Bukan kenaifan Falone, bukan kenaifanku, bukan kenaifan Pengarang, bukan kenaifanmu. Tapi Keangkuhan.

Aku bukan Faloney. Ya, aku tegar dengan apa yang aku hadapi dan aku harus menjadi kuat seiring waktu. Aku hanyalah seorang pencipta dengan Keangkuhanku.

Harapan itu kosong. Angan-angan itu nyata! Tinggalkan harapanmu! Kalau dunia hanya hitam. Maka biarlah.
Faloney.

Minggu, 17 April 2011

Alone Princess - Part 3

Ah.. Falone.. ia terus berkata bahwa ia tak mampu,..ia semakin terpuruk dengan keadaan istana yang semakin tidak karuan. Sudah tidak ada harapan. Ferkinzia sudah tamat. Falone hanya bisa menikmati remah-remah kebahagiaannya. Ah, tidak. bukanlah remah-remah. Angin. Angin angan-angannya. Ia terlalu kuat untuk menjalani kehidupan di istana, tetapi sudah terlalu lemah untuk pergi. Ia hanya dapat meratapi nasibnya yang mungkin tidak dapat dibayangkan lagi. Apalah arti dari sebuah gaun merah muda yang ditata apik, berenda dan berpita apik kalau semuanya hanya berakhir di ujung jalan tempatnya menjual segala barang yang di pakainya. Semuanya mungkin hanya mimpi..
Bermimpi akan ada seorang yang menjemputku. Kejam sekali hidupku. Kapan lah aku akan mengatur hidupku..Angan Falone.

"Kenapa dunia ini dibuat? Darimana asalnya? Darimana asal hidup? Asal cerita dan kesedihan yang berlarut? Mungkin aku hanyalah manusia biasa yang ingin membalaskan perasaanku. Menuangkan pada karakter polos yang tidak berdaya. Tapi semua pengarang ingin agar karakternya juga bahagia. Ah, ataukah itu hanya kenaifan belaka? Berbagai tantangan di hidup ini. Kita berkata bahwa kita bisa. Ah, begitu naifnya hidup."

Aku bukan Faloney yang dapat begitu tabah menghadapi semuanya. Aku hanyalah pencipta semua ini berdasarkan kenaifanku sendiri.

Dunia ini hitam. Hitam setitik noda di atas putih ..
~Faloney~